Makalah Studi Islam
Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan hidayahnya
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara’
Berdasarkan
sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun dari dalam, walaupun masih
banyak kekurangan. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi
mengenai sejarah masuknya islam ke Indonesia, juga memberikan penjelasan yang
jelas mengenai proses masuknya islam ke
Indonesia serta menjelaskan islam pada masa yang akan datang.
Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca untuk
memahami dengan lebih baik tentang sejarah masuknya islam ke indonesia. Kami
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, disebabkan karena terbatasnya
kemampuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
kami perlukan dari pembaca terutama dari Bapak Dosen Bimbingan kami. Semoga
buku ini bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta,
5 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...................i
Daftar Isi…………………………………........………………...……….…………………….....….......ii
BAB I
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................................................1
BAB I I
2.1 Asal
mula Masuknya Islam di Nusantara............................................................................2
2.2
Teori masuk penyebaran
islam.............................................................................................5
2.3 Sumber-sumber
berita masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia...................5
2.4 Cara Masuknya Islam ke Indonesia....................................................................................6
2.5 Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah
Indonesia......................................7
2.6 Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia ..........................................................11
2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia...................................................11
2.8 Peradaban
Islam di Masa Depan........................................................................................12
BAB III
Kesimpulan ..............................................................................................................................14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal
sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh
yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di
Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum
tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan
islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah
ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami
menjelaskan sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan
datangnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul masuknya Islam
di Nusantara
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad
s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat
wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam
berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak
daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman,
yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang. Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam
merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa
Arab merupakan penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen
dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana
terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting
sekali serta Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi Muhammad saw. dilahirkan di
Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia merupakan seorang anak yatim
sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh
pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani
kehidupan yang bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun,
beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar
ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal
sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan
seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya hijrah ke
Madinah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender
Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw dengan hasil yang baik walaupun ada di
antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih
kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat,
seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.
Agama islam pertama masuk ke
Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam
adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan
Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia)
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang
pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di
Indonesia berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai. Berita dari Marcopolo
menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M,
telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu
Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun
746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun
peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di
Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya
adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya
tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari.
Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para
pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M,
belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru
pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para
pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara
besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah
memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya
beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,
Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah
campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara
seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti
halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan
damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk
ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan
lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan
terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini,
perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat.
Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang sebagian besar
diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut,
migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya
menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam
seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain karena
kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga
karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali
para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara,
mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang
telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan
ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang
mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa
pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan nusantara, memang sudah terlihat
sifat rakus mereka untuk menguasai nusantara. Apalagi mereka mendapati
kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru
mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali
mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama
dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu
contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai
Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda
Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud
Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir
utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran
besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab
Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya,
Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni
Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut
mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu
sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi
lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren
(madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab
Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah
dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah
sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih
terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah
orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka
yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang
sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini
berhasil ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah telah mencatat jutaan
syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak
perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia),
Sulu (Filipina), Samudra Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga
perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang
Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku
Umar).(Sumber : ummah.com).
2.2 Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut para
ahli sejarah, masuk dan penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori,
yaitu teori Gujarat, teori Saudi, dan teori China. Yaitu :
1. Menurut
teori Gujarat. Islam masuk wilayah Indonesia dari anak benua India seperti
Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari daerah
Doccon di India, berdasarkan fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf yang
dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India bagian selatan mirip dengan
ajaran islam di Indonesia. Termasuk munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau
Jawa, dugaan itu juga muncul dari dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam
Deccon (salah satu kerjaan di India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran
negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.
2. Menurut
teori saudi. Pendapat yang menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia terjadi
pada tahun 1111 atau abad ke 12 M. Pada
saat itu orang-orang Aceh dari Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas
ajakan seorang kebangsaan Arab asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka
mendakwahkan islam khususnya di daerah tersebut.
3.
Menurut teori China.
Teori yang menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia langsung dari Mekah
atau Madinah. Menurut teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia sekitar abad 7
atau 8 M. Atau abad ke 2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin. Ekspedisi islam
ke Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang dari Arab sejak awal abad
hijriyah atau abad ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina pada awal abad ke 2 hijrah
telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir pantai Sumatera.
Diperkampungan ini orang-orang muslim Arab bermukim dan menikah dengan penduduk
setempat serta membentuk komunitas-komunitas muslim. Teori ini adalah yang
paling kuat dan diterima para sejarahwan masa kini.
2.3 Sumber-sumber
berita masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia
·
Sumber-sumber luar negeri
Berita
Arab
: para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan sriwijaya
(abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk selat malaka pada masa itu.
Berita
Eropa
: berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan untuk
mengantarkan puterinya yang di persembahkan kepada kaisar romawi.
Berita
India:
berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.
Berita
China: berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang
penulis yang mengikuti perjalanan laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui
tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam
yang bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.
·
Sumber
dalam negri
1. Penemuan
sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2. Makam
sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun
676 H atau tahun 1297 M.
3. Makam
Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
Ajaran-ajaran
Islam diantaranya yaitu:
- Islam
mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia,saling menghormati dan
tolong menolong.
- Islam
mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali
takwanya.
- Islam
mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan
Penyayang dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan,merusak,
dan saling mendengki.
- Islam
mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak
menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama
manusia tanpa pilih kasih.
2.4 Cara Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan
ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan
cara damai dan persuasif berkat
kegigihan para ulama. Karena memang para ulama
berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
2.5 Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah
Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
a.Perkembangan Islam di Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe. Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari berbagai negara Islam.
b.Perkembangan Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo adalah sebagai berikut :
a. Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana malik ibrahim juga dikenal
dengan panggilan Maulana Maghribi atau syekh Magribi, karena berasal dari
wilayah Maghribi, Afrika Utara. Kedatangannya dianggap sebagai permulaan
masuknya Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim menerapkan metode dakwah yang
tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap Islam.
b. Sunan
Ampel (Raden Rahmat)
c. Sunan
Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu
menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat yang sangat menggemari wayang
serta musik gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam
aktifitasnnya ia mengganti nama dewa dengan nama-nama malaikat.
d. Sunan
Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
Sunan Giri memulai
aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren
yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan
Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
e. Sunan
Drajat (Raden Kasim)
Sunan Drajat juga tidak
ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa yang sampai saat ini masih digemari
masyarakat, yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan
drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu
menekan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat umum.
f. Sunan
Kalijaga (Raden Said)
Ketika para wali
memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan wayang
dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini
adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan
Islam terutama mengenai etika.
g. Sunan
Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus
dan sekitarnya, ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih,
tauhid, hadits, tafsir dan logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul
‘ilmi. Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.
h. Sunan
Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria memusatkan
kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara kota
Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah dengan
mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.
i.
Sunan Gunung
Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan gunung Jati lahir
di Mekkah pada tahun 1448. ia mengembangkan ajaran islam di cirebon,
majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar bagi
perkembanganislam di Banten.
c. Perkembangan
Islam di Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar Jawa, seperti ternate dan hiu. Pada abad ke-16 di sulsel telah berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.
d. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan Kalimantan berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok pesantren untuk menampung santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan. Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau yang lebih dikenal nama pangeran Antasari.
e. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian
Jaya Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
2.6
Hikmah Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah
memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil
hikmah, diantaranya sebagai berikut :
- Islam
membawa ajaran yang berisi kedamaian.
- Penyebar
ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan
pekerja keras.
- Terjadi
akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap
memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran
dasar dalam Islam.
2.7
Manfaat dari Sejarah Perkembangan
Islam di Indonesia
Banyak manfaat
yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Kehadiran para pedagang Islam
yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut
memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang
sudah ada di Nusantara ini.
2.
Hasil karaya para ulama yang
berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3.
Kita dapat meneladani Wali Songo
4.
Menjadikan masyarakat gemar
membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5.
Mampu membangaun masjid sebagai
tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga kee seluruh pelosok
Nusantara.
6.
Mampu memanfaatkan peninggalan
sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam,
masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7.
Seorang ulama atau ilmuwan
dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku yang penuh keteladanan agar
terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
8.
Para ulama dan umara bersatu padu
mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
2.8 Peradaban Islam di Masa Depan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-qur’an :
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Janji telah diberikan oleh Allah Swt
melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijaksanaannya itu
mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa
janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Salallahu Alaihi wa Salam , masa
Khulafaur-Rasyidin dan pada masa khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana.
Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah
sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul
Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya yang artinya:
“Malam dan siang tidak akan sirna
sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya: “Wahai
Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah menurunkan firman-Nya “Dialah
yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama
yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna (realisasinya).”Belau
menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh Allah.”
[Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain]
Dari hadits diatas tidak diragukan lagi
bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan dari
Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan. Perjuangan dapat
dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud jihad disini bukanlah peperangan
atau pembunuhan massal pada kaum non muslim. Tapi melainkan dengan cara meningkatkan
mutu pendidikan yang canggih namun tidak keluar dari nilai-nilai ajaran islam.
Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih
dunia Barat dari umat Islam ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang
rapuh seperti saat ini, bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan
pula karena kelemahan umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola
berpikir dan rendahnya tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu
sendiri.Masa depan dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam
sekarang ini. Jika umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama
mereka maka mereka akan jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh
karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam,
umat Islam akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk
penjajahan yang selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain
kembali kepada Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih.
Mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam
melaksanakan syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
bernegara.
Seperti
yang telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah telah menjanjikan kejayaan Islam
di masa yang akan datang cepat atau lambat, pilihan umat Islam saat ini adalah
apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika ikut turut andil menuju kejayaan
dan kebangkitan peradaban Islam maka akan menjadi golongan orang-orang yang
beruntung, mendapatkan pahala yang amat besar. Namun sebaliknya, jika hanya
diam, duduk manis menonton, mengikuti arus dunia, individualis, acuh tak acuh
terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang di JalanNya karena lebih mencintai
dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul maka tunggulah keputusan Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam
di masa depan yaitu dengan mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan
potensi yang dimiliki. Di antara potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid
dan kaum intelektual. Tanpa menafikkan potensi lain, masjid dan kaum
intelektual berperan besar di dalam upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam
di masa depan. Inilah yang dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi
dalam membangun peradaban Islam yang jaya.
BAB III
KESIMPULAN
·
Proses
penyebaran islam di nusantara termasuk Indonesia dilakukandengan
cara perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan melalui seni dan budaya.3.
·
Manfaat dari mempelajari sejarah perkembangan islam di nusantara, salah
satunya yaitu mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dari berbagai
bentuk, dan dapat meneladani Wali Sanga.
Adapun hikmah dari mempelajari sejarah
perkembangan islam ini yaitu Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian, selain
itu penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan
dan pekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
· Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1,
Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
· Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang:
PT. Karya Toha Putra, 1994.
siipp...
BalasHapusItu daftar pustaka nya memang ke gitu kah
BalasHapus