Makalah Kimia Dasar
Larutan
( Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi
nilai tugas Mata Kuliah Kimia Dasar )
Dosen:
Isalmi Aziz M.T
PROGRAM
STUDI BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M/
1433 H
Kata Pengantar
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya
sehingga makalah Kimia Dasar tentang kelarutan dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah Kimia Dasar.
Pada kesempatan
kali ini kami tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama untuk
dosen Mata Kuliah Kimia Dasar Ibu Isalmi M.Si dan orang-orang yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungan kepada kami.
Dengan penuh
kesadaran bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini melainkan Allah SWT, maka
makalah ini pun tidak luput dari segala kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki,
menyempurnakan, dan mengembangkan makalah ini sangat kami harapkan.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Amin.
Jakarta, Januari 2013
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar
Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang.......................................................................................................................1
2.
Rumusan
masalah..................................................................................................................1
3.
Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II ISI
1.
Sifat
dasar larutan..................................................................................................................2
2.
Komposisi
larutan..................................................................................................................2
3.
Jenis-jenis
larutan..................................................................................................................2
4.
Konsentrasi
larutan................................................................................................................5
5.
Kelarutan...............................................................................................................................6
6.
Sifat
koligatif
larutan.............................................................................................................8
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan............................................................................................................................9
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan
kita sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai
macam bentuk. Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam
makalah ini. Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain
memperkaya rasa masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai
kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika
disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat
lampu menyala.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan
lainnya, misalnya air suling, larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat,
asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih banyak lagi.
Secara garis besar larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu
elektrolit kuat dan elektroit lemah. Dan untuk selengkapnya akan dibahas pada
bab selanjutnya.
2.
Rumusan Masalah
a)
Sifat
dasar larutan
b)
Jenis-jenis
larutan
c)
Kelarutan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
3.
Tujuan
Untuk menambah wawasan mengenai
larutan, apa saja jenis-jenisnya, dan apa saja yang menjadi faktor dalam
perubahannya.
1
BAB II
ISI
1.
Sifat Dasar Larutan
Larutan
adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun.
Komponen
larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia
dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan
uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan berdasarkan daya
hantarnya larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2.
Komposisi Larutan
Ada beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan.
Yaitu dengan Presentase massa/ persen bobot : presentase berdasarkan massa suatu
zat dalam larutan. Dalam kimia yang paling bermanfaat menyatakan komposisi
adalah fraksi mol, molaritas, dan molalitas. Dan untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan pada pembahasan konsentrasi larutan.
3.
Jenis Larutan
Larutan
berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit.
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan
arus listrik. Pada larutan ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit
lemah
•
Elektrolit
Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai
daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya
air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong
elektrolit kuat adalah:
·
Asam-asam
kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
·
Basa-basa
kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,
Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan
lain-lain.
·
Garam-garam
yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan
lain-lain
2
Partikel-partikel
yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan
molekul air, sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini
disebabkan karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan
ion-ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah
sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam air, maka
semua HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan
reaksi berikut:
HCl
(g) +
H2O
( l ) ⎯→ H3O+(aq) +
Cl− (aq)
Reaksi ini biasa
dituliskan:
HCl (aq) ⎯→ H+(aq) +
Cl− (aq)
•
Elektrolit
Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar
listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong
elektrolit lemah:
·
Asam-asam
lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
·
Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan
lain-lain
·
Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl,
CaCrO4, PbI2 dan
lain-lain
Misalnya CH3COOH
dilarutkan ke dalam air, maka sebagian CH3COOH akan terion dengan
persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) +
CH3COO− (aq)
CH3COOH yang terion reaksinya biasa dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Ion-ion yang telah terbentuk sebagian bereaksi kembali membentuk
CH3COOH,
sehingga dikatakan CH3COOH yang terion hanya sebagian. Reaksinya dapat
dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) +
CH3COO− (aq)
Partikel-partikel
yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa CH3COOH
yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−. Molekul senyawa CH3COOH
tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi
ion-ion H+
dan CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik.
b. Larutan non elektrolit
Larutan non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut
3
tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a)
Eksoterm, yaitu proses melepaskan
panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan
energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b)
Endoterm, yaitu menyerap panas dari
lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi
potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan
dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a)
Larutan tak jenuh yaitu larutan
yang mengandung zat terlarut (solute) kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <
Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b)
Larutan jenuh yaitu suatu larutan
yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute) yang larut dan mengadakan
kesetimbangn dengan pelarut (solute) padatnya. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c)
Larutan sangat jenuh (kelewat
jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak zat terlarut (solute)
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute) sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion
> Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan sifat kualitatif,
larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a)
Larutan pekat yaitu larutan yang
mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute) dibanding pelarut
(solvent).
4
b)
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
4.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan.
Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part
per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a)
Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan
perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
%
Solute =
100 %
b)
Persen volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute)
terhadap volum larutan
%
solute =
100 %
c)
Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan perbandingan massa
zat terlarut (solute) terhadap volume larutan
%
100 %
d)
Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan perbandingan volum
zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
%
100 %
e)
Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam
setiap liter larutan
M =
x
5
f)
Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
m =
x
g)
Normalitas (N)
Normalitas
menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N =
x n x
h)
ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute)
dalam tiap Kg larutan
ppm =
5.
kelarutan
Larutan jenuh adalah
larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya
kesetimbangan antara zat terlarut (solute) yang terlarut dan yang
tak terlarut. Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram
zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang
tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka
zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut
kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated).
Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh.
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih banyak dari
kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated).
Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang
panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka
sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian
larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal
kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat
jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan
dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).
6
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini
dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil
(kristal inti/bibit) umumnya kristal dari zat terlarut (solute).
Kelebihan molekul zat terlarut (solute) akan terikat pada kristal
inti dan akan mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA,
IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ seperti
pada tabel berikut:
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua
larut
|
Nitrit
|
Semua
larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua
larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua
larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua
larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua
larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua
larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua
tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel 1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat
terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur
kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat
yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like
dissolves like).
7
Senyawa yang bersifat
polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan
mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur
sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially
miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible).
b. Suhu
Kelarutan gas umumnya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka
timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut
dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih
besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang
kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium
sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara
proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses
bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur
dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier:
1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika
proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur
yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan
zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan
NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding
dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry:
1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan
(pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu
(tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
6.
Sifat Koligatif Larutan
a.
Sifat Koligati Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda
dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang penting yang
besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak
bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat
koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel
zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik
beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap,
titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan
titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut.
8
Larutan yang bisa
memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan
mendekati ideal hanya jika sangat encer.
a)
Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap
pelarut murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam
suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap
dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA =
tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA =
fraksi mol komponen A.
P0A =
tekanan uap zat murni A.
Dalam
larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile),
tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat
dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
b)
Titik Didih Larutan
Titik didih larutan
bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih
mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka
titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau dikatakan
titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air titik
didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik didih
etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya tidak
mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik
didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi
dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada
contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah
etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih larutan
disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar hukum sifat koligatif
larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut murninya
berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb = kenaikan titik didih larutan.
kb = kenaikan titik didih molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
9
c)
Titik Beku Larutan
Penurunan tekanan uap
larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari titik beku
pelarut murninya.
Hukum sifat koligatif
untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat terlarut
atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum
tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya
berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtf = kf . m
Δtf = penurunan titik beku larutan.
kf = penurunan titik beku molal pelarut.
m =
konsentrasi larutan dalam molal.
d)
Tekanan Osmose Larutan
Peristiwa lewatnya
molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan masuk ke dalam larutan
disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus diberikan pada
larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm) ke dalam larutan
tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada larutan ideal,
besarnya tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut.
p =
= M. R. T
π = tekanan osmose (atm).
n = jumlah mol zat terlarut (mol).
R = tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T = suhu larutan (K).
V = volume larutan (L).
M =
molaritas (M = mol/L).
Jika tekanan yang
diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka pelarut murni akan
keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut
osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk
memperoleh air tawar dari air laut.
b.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di
atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan
hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit,
menurut Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i =
tetapan atau faktor Van't Hoff).
10
Semakin
kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin
mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya.
Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m,
harga i dianggap sama dengan jumlah ion.
Empat
macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
a)
Penurunan tekanan uap,
ΔP = i.P0.XA
b)
Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
c)
Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m
d) Tekanan
osmose
p =
= i. M. R. T
11
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
·
Sifat dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen
antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran
karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya
begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
·
Larutan
berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau tidaknya
larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan
larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.
·
Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram
zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang
tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka
zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperatur, dan tekanan.
12
Daftar Pustaka
· Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid 2. Jakarta. Erlangga
· DIS Yusraini, Nurhasni. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I.
Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
· Oxtobi, Gillis, Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern
Edisi ke Empat Jilid 1. Jakarta ; Erlangga
· Petrucci Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern
Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta. Erlangga
diakses tanggal 03 januari 2013
diakses 20 desember 2012
diakses tanggal 04 januari 2013
kunjungi wwwlyricku.com and www.ituapa.com
BalasHapuskunjungi www.lyricku.com and www.ituapa.com
BalasHapusLOP
BalasHapusLOP
BalasHapusLOp U
BalasHapusizin copas gan buat memenuhi tugas , boleh ngga
BalasHapusizin copas ya buat memenuhi tugas, terima kasih banyak
BalasHapus