Laman

Senin, 28 Oktober 2013

 LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL

(Mengetahui Krenasi dan lisis pada Eritrosit)







BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Makhluk hidup terdiri atas sel, karena itulah manusia harus mempelajari tentang keadaan selnya atau sel- sel lainnya yang menunjang kehidupannya. Suatu sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan masa organisme tersebut.  Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana transfor materi berlangsung secara osmosis, dan difusi.  Pada sel hewan, jika suatu sel (sel darah merah) berada pada cairan yang Hipotonik maka sel darah merah akan pecah, namun jika berada dalam cairan yang hiportonis maka sel darah akan pecah.
Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan pada permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan. Hal yang mungkin terjadi bila eritrositdimasukkan ke dalam medium yang hipotonis (biasanya karena penambahan NaCl) adalah medium tersebut akan masuk ke dalammembran pada eritrosit sehingga sel dari eritrosit menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila eritrositditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam seleritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan menjadi keriput atau krenasi.
Lisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).


1.2   TUJUAN PRAKTIKUM
1.       Mengamati adanya krenasi dan lisis pada eritrosit
2.       Mengetahui pengaruh dari berbagai konsentrasi NaCl terhadap eritrosit


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

   Difusi adalah penyebaran molekul-molekul zat secara lebar, baik zat padat, zat cair maupun gas, ke segala arah yang digerakkan oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul zat selalu dalam keadaan bergerak. Molekul-molekul zat itu saling tarik-menarik atau saling tolak-menolak. Difusi berlangsung dari larutan yang berkadar tinggi ke larutan yang berkadar rendah, sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi tergantung pada tekanan, konsentrasi zat terlarut  dan suhu (Kimball, 1992).
Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-moslekul air dari larutan yang mengandung molekul air tinggi menuju ke larutan yang molekul airnya rendah melalui selaput semipermeabel. Dengan kata lain osmosis adalah peristiwa berpindahnya molekul-molekul air dari larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis).
Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik , jika tidak akan terjadi pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik akan mengalami pembengkakan.  Kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Wilkina, 1992).
Darah manusia dan darah pada hewan umumnya terdiri atasplasma dan berbagai unsur yang di bawa di dalam plasma sepertieritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma terdiri atas 90% air, 7-8 %protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % berbagai zatmakanan dan mineral yang lain. Darah pada hewan maupun manusiadapat mengalami lisis yang berupa peristiwa menggelembungnya seldarah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam sel. Lisis pada darahdisebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar daridalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja.
Tapi, tidak semua eritrosit akan mengalami lisis pada suatu konsentrasi larutan tertentu. Hal ini disebabkan eritrosit memilik nilaitoleransi osmotik membran. Pada sel yang tua, nilai toleransi osmotik nyalebih kecil dibandingkan pada sel yang muda.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga menambah luas permukaannya. Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk, tulang  dada, dan  tulang  belakang.
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar  250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. ketika sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO. hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke sel.



BAB III
METODOLOGI

2.1   Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop cahaya, objek glass, cover glass, tissue, pipet, gelas piala, dan blood lanset.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah eritrosit, aquadest, NaCl 0.3 M, NaCl 0.5 M, NaCl fisiologis 0,9 %, alcohol 70%, kapas.

2.2   Cara kerja
Pertama Dilakukan pengambilan darah menggunakan blood lanset dan diberi anti koagulan agar tidak menggumpal. Setelah itu darah diteteskan pada 3 obyek glass, ketiga objek glass tersebut diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Objek glass A diberi perlakuan dengan tetesan aquades, objek glass B ditetesi laruan NaCl 0,3 M, dan objek glass C ditetesi dengan larutan NaCl 0,5 M. Kemudian masing-masing objek glass ditutup dengan cover glass. Terakhir, diamati masing-masing perlakuan di bawah mikroskop pada waktu ke 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah itu, pada kaca objek terakhir diteteskan NaCl fisiologis 0,9 %. Hasil pengamatan kemudian difoto dan digambar 1 selnya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Reaksi yang terjadi pada
Gambar
1
Darah + NaCl 0,3 M
Menit ke-1 à Normal
Menit ke-5 à Krenasi
Menit ke-10 à Krenasi
capture-20130526-111911.png







Perbesaran : 1000X
2
Darah + NaCl 0,5 M
Menit ke-1 à Normal
Menit ke-5 à Krenasi
Menit ke-10 à Krenasi
capture-20130526-111949.png







Perbesaran : 1000X
3
Darah + Aquadest
Menit ke-1 àNormal
Menit ke-5 à Lisis
Menit ke-10 à Lisis
capture-20130526-111605.png







Perbesaran : 400X
4
Darah + NaCl fisiologis 0,9 %
Menit ke-1 à Isotonis
Menit ke-5 à Isotonis
Menit ke-10 à Isotonis
capture-20130526-111753.png







Perbesaran : 400X


4.2 Pembahasan

Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru. Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti sel, konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm. Eritrosit pada mamalia tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis tengah dengan bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas sehingga mempermudah pertukaran gas.

 Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah.

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
9. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengikat oksigen

Krenasi adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik.  Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik disebut krenasi. Sel darah yang diambil dari jari manis dengan menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca objek, dimana sel darah merah itu berwarna merah hati.  Namun setelah ditetesi dengan larutan NaCl 0,3 M darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah menjadi lebih muda.  Hal ini terjadi karena sel darah tersebut berada dalam cairan yang hipertonik, sehingga sel darah menjadi mengkerut.  Proses krenasi ini terjadi pada sel darah merah yang mengkerut dengan cepat sekali. Begitu pula saat darah ditetesi dengan NaCl 0,5 M sel darah merah juga mengalami krenasi. Lain halnya dengan sel darah yang ditetesi dengan aquadest.  Darah yang semula berwarna merah hati berubaha menjadi warna yang lebih tua (merah tua) atau merah gelap dengan ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma darah tersebut. Hal ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan hipotenik, sehingga sel darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin berwarna merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah. Pecahnya sel darah tersebut mengakibatkan terjadinya tumpangan antara sel darah merah yang membengkak.
Dalam proses krenasi, tekanan larutan NaCl adalah sama dengan plasma darah, apabila dimasukkan dalam cairan yang hipertonis, maka air dalam eritrosit akan mengalir keluar dan akan berakibat buruk pada bentuk eritrosit yang akan menjadi berkerut seperti duri.  Sebaliknya apabila sel darah di masukkan ke dalam larutan yang hipotonis, maka sel akan membengkak kemudian akan pecah, peristiwa ini disebut dengan lisis.    

Sel darah merah yang terdapat pada larutan NaCl 0,9% terlihat bulat seperti sel darah merah normal. Hal ini menandakan larutan NaCl 0,9% berifat isotonis dengan sel darah merah. Jadi tidak ada perpindahan molekul – molekul air baik dari dalam sel ataupun dari larutan. Dan tekanan di dalam sel maupun diluar sel tidak berubah dan tidak menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah merah yang ada. Di dalam kehidupan sehari-hari larutan isotonis dikenal dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas.
Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami pengerutan (krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa) yang dapat menyebabkan pencahnya sel darah merah.Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi tidak lepas dari peran proses osmosis. Kerusakan pada membran sel darah merah dikarenakandigunakan medium yang hipotonis dan hipertonis ke dalam darah. Apabilamedium bersifat hipotonis (penambahan NaCl), larutan dari luar akanmasuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggembung melebihikemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena larutan masuk melaluimembran eritrosit yang selektif permeabel. Sedangkan untuk krenasi,pada umumnya terjadi karena sel darah merah diletakkan di dalammedium yang lebih hipertonis terhadap isi di dalam sel darah merah. Halini menyebabkan isi sel keluar menuju ke medium, sehingga sel menjadimengkerut. Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotikisi sel dengan mediumnya disebut hemolisis osmotik. Jenis hemolisis yanglain adalah hemolisis kimiawi yang disebabkan oleh substansi kimia dalam merusak sel darah merah. Sebaliknya dari proses hemolisis, ada proses krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit.
Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
Pada preparat darah yang ditambahkan aquades mengalami hemolisis, karena aquades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya, karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, bisa diibaratkan apabila darah tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat jelas.
 















BAB V
KESIMPULAN

·         Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
·         Darah yang dicampur aquades, akan mengalami hemolisis sehingga hemoglobin keluar bebas dari eritrosit, tetapi tetap berada di sekitar membrane.
·         Pada darah yang mengalami krenas seperti preparat eritrosit yang ditambahkan dengan NaCl 0.3 M dan NaCl 0.5 M  akan kembali ke bentuk normal atau isotonis ketika diberi larutan hipotonis karena membran dan inti selnya tidak pecah, hanya mengkerut saja.
·         Eritrosit yang ditambahkan dengan larutan NaCl fisiologis tidak mengalami krenasi maupun lisis (isotonis dalam kondisi tetap dan tak berubah) karena larutan NaCl fisologis memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi dalam lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA

Bajpai. 2009. Kapita Selekta Hematologi, Edisi Empat. EGC : Jakarta.
Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Hendrayani. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta. 
Srikini. 2000. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Wulangi. 2009. Prinsip-Prinsip Fisiologo Hewan, Jurusan Biologi. ITB :
        Bandung.


2 komentar: