LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI SEL
(Mengetahui Krenasi dan lisis pada
Eritrosit)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup terdiri atas sel, karena itulah
manusia harus mempelajari tentang keadaan selnya atau sel- sel lainnya yang
menunjang kehidupannya. Suatu sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan
dan hewan yang berkaitan dengan masa organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana
transfor materi berlangsung secara osmosis, dan difusi. Pada sel hewan, jika suatu sel (sel darah
merah) berada pada cairan yang Hipotonik maka sel darah merah akan pecah, namun
jika berada dalam cairan yang hiportonis maka sel darah akan pecah.
Rusaknya membran dari eritrosit
biasanya disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke
dalam darah, penurunan tekanan
pada permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan. Hal yang mungkin terjadi bila eritrositdimasukkan ke dalam medium
yang hipotonis (biasanya karena penambahan
NaCl) adalah medium tersebut akan masuk ke dalammembran pada eritrosit sehingga
sel dari eritrosit menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang
terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila
eritrositditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam
seleritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan
menjadi keriput atau krenasi.
Lisis
adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam
medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh
antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di
sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)
medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit
itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam
medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit
(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit (plasma).
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengamati
adanya krenasi dan lisis pada eritrosit
2.
Mengetahui
pengaruh dari berbagai konsentrasi NaCl terhadap eritrosit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Difusi adalah penyebaran molekul-molekul
zat secara lebar, baik zat padat, zat cair maupun gas, ke segala arah yang
digerakkan oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul zat selalu dalam
keadaan bergerak. Molekul-molekul zat itu saling tarik-menarik atau saling
tolak-menolak. Difusi berlangsung dari larutan yang berkadar tinggi ke larutan
yang berkadar rendah, sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi
tergantung pada tekanan, konsentrasi zat terlarut dan suhu (Kimball,
1992).
Osmosis
adalah proses berpindahnya molekul-moslekul air dari larutan yang mengandung
molekul air tinggi menuju ke larutan yang molekul airnya rendah melalui selaput
semipermeabel. Dengan kata lain osmosis adalah peristiwa berpindahnya
molekul-molekul air dari larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju
larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis).
Sel
darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik , jika tidak akan terjadi
pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang
hipertonik akan mengalami pembengkakan. Kemudian pecah dan
mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah, peristiwa ini disebut
hemolisis (Wilkina, 1992).
Darah manusia dan darah pada hewan
umumnya terdiri atasplasma dan berbagai unsur yang di bawa di dalam plasma
sepertieritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma terdiri atas 90% air, 7-8
%protein yang dapat larut, 1 % elektrolit dan sisanya 1-2 % berbagai zatmakanan
dan mineral yang lain. Darah pada hewan maupun manusiadapat mengalami lisis
yang berupa peristiwa menggelembungnya seldarah hingga pecah dikarenakan air
masuk ke dalam sel. Lisis pada darahdisebut hemolisis yang dapat diartikan
sebagai pecahnya eritrosit karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan
hemoglobin keluar daridalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang
bersifat selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu
saja.
Tapi, tidak semua eritrosit akan
mengalami lisis pada suatu konsentrasi larutan tertentu. Hal ini disebabkan
eritrosit memilik nilaitoleransi osmotik membran. Pada sel yang tua, nilai
toleransi osmotik nyalebih kecil dibandingkan pada sel yang muda.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa
oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme eritrosit sendiri
bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran
eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya
supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel
darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas
permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah
merah juga menambah luas permukaannya. Bentuk bikonkaf ini berfungsi
mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah
terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk, tulang dada, dan tulang
belakang.
Meskipun sel darah merah berukuran
sangat kecil, sel ini mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang
mengandung besi. Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat
oksida (NO) selain dengan O2. ketika sel darah merah lewat melalui hamparan
kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan berdifusi
kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO. hemoglobin
akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan
berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler,
sehingga dapat mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu
mengirimkan O2 ke sel.
BAB
III
METODOLOGI
2.1
Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah mikroskop cahaya, objek
glass, cover
glass, tissue, pipet, gelas piala, dan blood lanset.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah eritrosit, aquadest,
NaCl 0.3 M, NaCl 0.5 M, NaCl
fisiologis 0,9 %, alcohol 70%, kapas.
2.2
Cara kerja
Pertama Dilakukan pengambilan darah
menggunakan blood lanset dan diberi anti koagulan agar tidak menggumpal.
Setelah itu darah diteteskan pada 3 obyek glass, ketiga objek glass tersebut
diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Objek glass A diberi perlakuan dengan tetesan aquades,
objek glass B ditetesi laruan NaCl 0,3 M, dan objek glass C ditetesi dengan
larutan NaCl 0,5 M. Kemudian masing-masing objek glass ditutup dengan cover
glass. Terakhir, diamati masing-masing perlakuan di bawah mikroskop pada waktu
ke 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah itu, pada kaca objek terakhir diteteskan NaCl
fisiologis 0,9 %. Hasil pengamatan
kemudian difoto dan digambar 1 selnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Reaksi yang terjadi pada
|
Gambar
|
1
|
Darah
+ NaCl 0,3 M
|
Menit
ke-1 à Normal
Menit
ke-5 à Krenasi
Menit
ke-10 à Krenasi
|
Perbesaran
: 1000X
|
2
|
Darah
+ NaCl 0,5 M
|
Menit
ke-1 à Normal
Menit
ke-5 à Krenasi
Menit
ke-10 à Krenasi
|
Perbesaran
: 1000X
|
3
|
Darah
+ Aquadest
|
Menit
ke-1 àNormal
Menit
ke-5 à Lisis
Menit
ke-10 à Lisis
|
Perbesaran
: 400X
|
4
|
Darah
+ NaCl fisiologis 0,9 %
|
Menit
ke-1 à Isotonis
Menit
ke-5 à Isotonis
Menit
ke-10 à Isotonis
|
Perbesaran
: 400X
|
4.2
Pembahasan
Eritrosit merupakan
sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal
mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk
energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan
diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru. Sel darah
merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti
sel, konsentrasi lebih pekat dan termasuk homoiterm. Eritrosit pada mamalia
tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis tengah
dengan bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas
sehingga mempermudah pertukaran gas.
Fungsi
utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika
metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian
oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12
µm) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi
melewati membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin
besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah.
Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll.
9. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk
mengikat oksigen
Krenasi
adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang
hipertonik. Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang
hipertonik disebut krenasi. Sel darah yang diambil dari jari manis dengan
menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca objek, dimana sel darah merah itu
berwarna merah hati. Namun setelah ditetesi dengan larutan NaCl 0,3
M darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga
berubah menjadi lebih muda. Hal ini terjadi karena sel darah
tersebut berada dalam cairan yang hipertonik, sehingga sel darah menjadi
mengkerut. Proses krenasi ini terjadi pada sel darah merah yang
mengkerut dengan cepat sekali. Begitu pula saat darah ditetesi dengan NaCl 0,5
M sel darah merah juga mengalami krenasi. Lain halnya dengan sel
darah yang ditetesi dengan aquadest. Darah yang semula berwarna
merah hati berubaha menjadi warna yang lebih tua (merah tua) atau merah gelap
dengan ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma darah
tersebut. Hal ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan
hipotenik, sehingga sel darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan
keluarnya hemoglobin berwarna merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna
kuning disekitar plasma darah. Pecahnya sel darah tersebut mengakibatkan
terjadinya tumpangan antara sel darah merah yang membengkak.
Dalam
proses krenasi, tekanan larutan NaCl adalah sama dengan plasma darah, apabila
dimasukkan dalam cairan yang hipertonis, maka air dalam eritrosit akan mengalir
keluar dan akan berakibat buruk pada bentuk eritrosit yang akan menjadi
berkerut seperti duri. Sebaliknya apabila sel darah di masukkan ke
dalam larutan yang hipotonis, maka sel akan membengkak kemudian akan pecah,
peristiwa ini disebut dengan lisis.
Sel darah merah yang terdapat pada larutan NaCl 0,9% terlihat bulat
seperti sel darah merah normal. Hal ini menandakan larutan NaCl 0,9% berifat
isotonis dengan sel darah merah. Jadi tidak ada perpindahan molekul – molekul
air baik dari dalam sel ataupun dari larutan. Dan tekanan di dalam sel maupun
diluar sel tidak berubah dan tidak menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah
merah yang ada. Di dalam kehidupan sehari-hari larutan isotonis dikenal dapat
menggantikan cairan tubuh yang hilang pada saat beraktivitas.
Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang
mengalami pengerutan (krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa)
yang dapat menyebabkan pencahnya sel darah merah.Hemolisis adalah pecahnya
membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya
(plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran
eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh
karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut
(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran
tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri,
maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya.
Peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi tidak lepas dari peran proses
osmosis. Kerusakan pada membran sel darah merah dikarenakandigunakan medium
yang hipotonis dan hipertonis ke dalam darah. Apabilamedium bersifat hipotonis
(penambahan NaCl), larutan dari luar akanmasuk ke dalam eritrosit sehingga
eritrosit menggembung melebihikemampuan dari sel dan akhirnya pecah karena
larutan masuk melaluimembran eritrosit yang selektif permeabel. Sedangkan untuk
krenasi,pada umumnya terjadi karena sel darah merah diletakkan di dalammedium
yang lebih hipertonis terhadap isi di dalam sel darah merah. Halini menyebabkan
isi sel keluar menuju ke medium, sehingga sel menjadimengkerut. Hemolisis yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotikisi sel dengan mediumnya disebut
hemolisis osmotik. Jenis hemolisis yanglain adalah hemolisis kimiawi yang
disebabkan oleh substansi kimia dalam merusak sel darah merah. Sebaliknya dari proses hemolisis, ada proses
krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit.
Apabila medium di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut
(plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran
tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri,
maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan
dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(plasma).
Pada preparat darah yang ditambahkan
aquades mengalami hemolisis, karena aquades merupakan cairan hipotonis yang
menyebabkan perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada
konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel
darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau
lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga
terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades
terlihat memudar warna merahnya, karena hemoglobin keluar dari eritrositnya.
Oleh karena itu, bisa diibaratkan apabila
darah tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan
terlihat jelas.
BAB V
KESIMPULAN
·
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar
pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan
air melalui osmosis. osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar
dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel
mengecil.
·
Darah yang dicampur aquades, akan mengalami hemolisis
sehingga hemoglobin keluar bebas dari eritrosit, tetapi tetap berada di sekitar
membrane.
·
Pada darah
yang mengalami krenas seperti preparat eritrosit yang ditambahkan dengan NaCl
0.3 M dan NaCl 0.5 M akan kembali ke
bentuk normal atau isotonis ketika diberi larutan hipotonis karena membran dan
inti selnya tidak pecah, hanya mengkerut saja.
·
Eritrosit yang ditambahkan dengan larutan NaCl fisiologis tidak
mengalami krenasi maupun lisis (isotonis dalam kondisi tetap dan tak berubah)
karena larutan NaCl fisologis memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi
dalam lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bajpai. 2009. Kapita Selekta Hematologi, Edisi Empat.
EGC : Jakarta.
Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press :
Jakarta.
Hendrayani. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Universitas
Indonesia Press : Jakarta.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel
Darah. EGC : Jakarta.
Srikini. 2000. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi
ke-4. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. EGC : Jakarta.
Wulangi. 2009. Prinsip-Prinsip Fisiologo Hewan, Jurusan
Biologi. ITB :
Bandung.